Welcome to "JUMP no Sutori"

. . . . Welcome to "JUMP no Sutori". . . .
Hey, guys! don't forget to follow my blog!

\\(^o^)// ~ ~ ~ ~ Arigatou ne ~ ~ ~ ~ \(^o^)/

Kamis, 17 November 2011

Hana Yori Dango #1


Awal cerita ini berada di Horikoshi Gakuen, dimana Yaotome Yuri dengan sengaja melewati sekolah megah tersebut. Yuri, ia selalu bercita-cita dapat bersekolah di sekolah elit tersebut, tapi sayang, keluarganya tidak mampu membiayai sekolah yang untuk mendaftar masuknya saja sudah menghabiskan ratusan ribu yen, belum lagi untuk membayar uang bulanan yang tidak kalah mahalnya dari uang pangkal. Jadi, untuk Yuri, masuk ke Horikoshi Gakuen hanyalah sebuah mimpi. Cukup seperti sekarang ini, melewati dan menatapnya saja sudah membuat dirinya bahagia.
Perlahan-lahan Yuri melewati sekolah tanpa gerbang tersebut.

"BAKAR!!! KITA BAKAR SAJAAA!!!"
"BUNUH SAJAA!!"
HEI! HABISI DULU"
"JANGAN BIARKAN LOLOS!"
"MATI SAJA KAU!!"
"BAKA!!"
"YAMETE YOO~"

Ee?? Apa itu? Pikir Yuri, ia segera menuju asal suara tersebut.
Yuri shock langsung menolong orang yang sedang kesusahan tersebut. Dengan keahliannya dalam hal-hal berbau atletik, ia cukup backflip selama beberapa kali untuk tiba ditempat tersebut.
Semua menghentikan aksi gebuk-bakar dan menyaksikan Yuri.
"ne, arigatou" kata orang itu sudah habis babak belur, lalu ia pingsan seketika.

***

Yuri melihat-lihat taman yang supeeerrr besar tersebut. Entah, dimana ujung dari taman itu, sejak tadi Yuri merasa hanya berputar-putar dalam satu tempat dengan pemandangan yang dapat berubah otomatis.
Sugoii, pikir Yuri.
Ia melihat kolam ikan kecil dengan jembatan diatasnya. Airnya sungguh jernih sehingga memperlihatkan ikan-ikan berenang kesana-kemari. Bangku taman diletakan dekat kolam dan dikelilingi pohon-pohon besar menghasilkan suasana yang nyaman.
Yuri berjalan lagi, kearah gedung besar yang letaknya cukup jauh dari kolam tadi.
"dare ga?" bisik-bisik samar terdengar dari arah lain, cukup membuat gadis *??* itu jengah.
Memang benar, seragam tidak berarti mengubah segalanya. Walau pun terlihat sama, tetap saja ada yang berbeda dari diri Yuri.
Orang-orang disekitar Yuri penuh dengan barang-barang mewah, sedangkan Yuri, tasnya saja hanya beli di pasar obral yang harganya 1000 Yen dapat 3.
Baru saja Yuri ingin melangkah ke lokernya di ujung sana, tiba-tiba para murid Horikoshi berlari menuju pintu masuk yang super besar tersebut.
Ee? Apa yang terjadi? Pikir Yuri bingung. Ia mencoba menerobos kerumunan dasyat tersebut.
Pelan-pelan pintu terbuka, siluet empat orang berdiri mulai tampak, wajah orang itu sama sekali tidak terlihat. 5 langkah mantap mereka ambil secara berbarengan, pintu perlahan-lahan mulai menutup menampakan masing-masing wajah pria-pria tersebut.
Kakoii ne, pantas saja gadis-gadis ini berkerumunan, pikir Yuri. Jantungnya mulai berdegup kencang memandang ke-4 orang didepannya. Yuri memegang dadanya. Deg... Deg... Deg...
"bisa permisi sebentar?" kata salah seorang dari mereka kini berdiri tepat didepan mata Yuri. Disambut teriakan kencang dari para gadis.
"do-dozo" kata Yuri, lalu menyingkir memberi jalan.

***

@kelas
"Ne, Minna-san. Hari ini kita kedatangan murid baru, dia masuk karena hasil beasiswa dari Kepala sekolah. Namae wa Yuri-san. Yaotome Yuri" kata sensei memperkenalkan Yuri didepan kelas. Yuri tersenyum manis kearah semua orang, "Yaotome Yuri desu. Yoroshiku onegaishimasu"
"Yaotome-san, kamu duduk di sana, disebelah Nakayama-san, wakarimasuka?" kata sensei memberi petunjuk dimana Yuri harus duduk. Ternyata disebelah  jendela baris ke-3.
"hai, wakarimasu. Arigatou na, sensei" Yuri berjalan kearah bangku yang ditunjuk tadi. Yuri kembali tersenyum kearah teman sebangkunya. "Yaotome Yuri desu. Yoroshiku, ngg-" Yuri terdiam. Mencoba mengingat siapa nama temannya tadi.
"Nakayama Yuma desu. Yoroshiku" kata Yuma.
"ahh, hai. Yoroshiku ne, Nakayama-san"
"ano, Yaotome-san. Tidak usah formal begitu. Cukup Yuma saja juga tidak apa-apa. Aku tidak suka dipanggil dengan nama itu"
"eee? Nande?"
"iee, aku rasa cuma kepanjangan saja dengan nama itu. Aku lebih suka yang simpel saja"
"ahh, wakarimasu. Watashi mou, Yuma-kun, panggil saja Yuri. Aku tidak mau dipanggil Yaotome. Cukup gigi-ku saja yang rada mirip dengan okaasan. Jidatku ga boleh lebar kayak dia juga" kata Yuri sambil memegang jidatnya.
"hahaha, emang okaasan Yuri-chan seperti apa?"
"giginya gingsul. Lihat saja, gigiku jadi gede dua kayak kelinci gini. Huftt, gara-gara okaasan nih" kata Yuri menunjuk kedua gigi kelincinya.
"hmm, tapi kan jadi bukti kalau kamu emang anak aslinya Yaotome-san. Bukan mungut di tong sampah"
"eh? I-iya juga ya."
"hahaha"
"ngomong-ngomong, Yuma-kun juga giginya mirip gigi-ku"
"ee? ia ya? Wahh, ga sadar tuh"
"haha, ia. Dari tadi kamu ketawa giginya jadi kelihatan"
"berarti aku anaknya Yaotome-san juga dong? Wahh, Yuri-chan jadi adik aku. Hahaha"
"dame dayo. Kenapa aku yang jadi adik?"
"mm??" Yuma sibuk berpikir "karena Yuri-chan lebih cocok jadi adik. Soalnya aku anak tunggal, dari dulu pengen punya adik perempuan"
"aa, aku punya oneechan. Yokatta ne"
"idihh, kalau gitu aku jadi oniichan-mu saja"
"ogah, neechan aja suka jahatin aku. Aku mah ga mau nambah, cukup satu aja"
"ia deh, Yuri-chan"
perbincangan antara Yuri dan Yuma terus berlanjut. Semakin hari, Yuri dan Yuma akhirnya menjadi teman akrab. Yuri memang mudah berteman dengan siapa saja, apa lagi ditambah wajahnya yang imut dan otaknya yang encer, sehingga banyak yang mau berteman baik dengannya.
Suatu hari, terjadi perbincangan seru diantara Yuma dan Yuri pada saat pulang sekolah.
"ne, Yuma-kun, kau tau 4 anak yang datang ketika aku pertama kali datang?"
"ngg?" tanya Yuma bingung
"yang itu loh, waktu itu datang mereka di kerumunin banyak orang. 4 cowo itu"
"ahh, mereka. Kenapa?"
"aku penasaran saja siapa mereka, dare ga, Yuma-kun?"
"mereka itu F4. Alias four Flowers. Ketuanya Nakajima Yuto, yang paling tinggi dan cakep diantara mereka semua. Yahh, yang lainnya juga ga kalah cakep sih. Apa lagi aku. Hehe"
"ihh narsis" kata Yuri. "ayo, lanjutkan"
"hmm, dia pewaris perusahaan Horikoshi yang terkenal itu. Salah satunya dia adalah anak pemilik sekolah ini"
"EEE??? NANI? HONTOU NE?" kata Yuri kaget.
"yah, emang begitu. Terus yang disebelah kirinya itu Inoo Kei. Dia itu cucu kesayangannya presiden Indonesia, Inoo Kei itu campuran Jepang-Indonesia. Namun kekayaannya tak terbendung di Indonesia. Tapi walau begitu, Nakajima Yuto tetaplah yang terkaya diantara mereka semua" jelas Yuma. Yuri hanya manggut-manggut kagum.
Ia tak pernah menyangka akan satu sekolah dengan orang-orang kelas atas seperti sekarang ini.
"sebelah kanannya Nakajima-san ada Morimoto ryuu. Dia salah satu pewaris perusahaan keramik ternama di Jepang. Kau tau kan Morimoto's group?"
Yuri hanya mengangguk sekali. Ia tau sekali Morimoto's grup. Yaotome Saya, alias oneechan kesayangan Yuri, amat sangat menyukai keramik yang berasal Morimoto's grup. Sayang, harganya jauh dari jangkauan keluarga Yuri, sehingga Saya hanya bisa memandangnya saja tanpa dapat menyentuhnya.
"Namun sayang, Morimoto-san memang berwajah tampan dan imut, tapi ia menggunakan kelebihannya itu dengan tindakan yang tidak sepantasnya" kata Yuma.
Yuri mengerutkan keningnya. "maksudnya?"
"maksudku, dia itu termasuk playboy. Pacarnya saja ganti-ganti tiap minggunya. Mungkin juga tiap hari"
"HARI??? Yang benar saja! Padahal aku pun ...." kata Yuri, cepat-cepat ia menutup mulutnya nyaris keceplosan.
"ee? Yuri-chan kenapa?" tanya Yuma bingung. Penasaran juga ia dengan kata-kata Yuri barusan.
"aa-e-i-iee. Lanjutkan saja, Yuma-kun"
"terserahlah. Hmm, yang terakhir namanya Takaki Yuya. Dia anak dari Yakuza terkenal di Jepang. Semua yakuza sangat hormat terhadap ayahnya. Karena itu Takaki-pun ikut dihormati karena mereka takut dengan ayahnya. Oia, jangan lupa. Takaki Yuya amat sangat kaya, walau pun ayahnya seorang yakuza. Bisa dibilang keluarganya adalah bos yakuza"
"demo, kenapa seorang yakuza bisa kaya raya?" tanya Yuri bingung.
"wakaranai. Mungkin sudah diwariskan secaraa turun temurun"
Yuri sekali lagi hanya manggut-manggut.
"ahh, wakatta. Arigatou na, Yuma-kun. Ne, ayo kita ke
kantin. Temani aku belanja makanan" ajak Yuri.
"hontou? Kamu yakin mau kekantin?"
"emang kenapa?"
"etoo... Harganya mahal banget lohh. Walau pun aku sanggup beli, tapi menurutku lebih baik menyimpan uang tersebut" jelas Yuma, sedikit ragu pada suaranya.
"ma-mahal gimana?" tanya Yuri curiga.
"segelas air putih saja harganya 200 Yen. Dan makanan yang paling murah seharga 1000 Yen dengan porsi setengah"
mata Yuri melotot kaget "HO-HONTOU NE?? ITU MAH HAMPIR UANG JAJAN-KU SEBULAN"
Yuma melotot kaget, "USO DAYO! Aku saja sehari sekitar 2000 Yen."
"hei, aku jujur. Orang tua-ku memang hidup miskin. Tidak seperti para murid disini, yang keluarganya serba berkelimpahan" kata Yuri, Yuma tau Yuri cukup tertekan sekolah di sekolah yang jauh dari jangkauan keluarganya. Tapi Yuma juga tau, Horikoshi gakuen itu salah satu impian sekolah Yuri, Yuri sering sekali mengatakannya.
"ahh, wakarimasu. Turut berduka"
"HEII!! Enak saja berduka. Gini-gini keluargaku tetap bahagia nan sejahtera"
Yuma hanya ngangguk-ngangguk. Ia tidak mau mendapat masalah dengan gadis imut disebelahnya.
Yuma tersenyum manis *author muntah* ke arah Yuri, "hei, ayo kita makan. Kalau kau tidak bawa makanan, kebetulan aku bawa lebih"
Yuri tersenyum ceria, "arigatou na, Nakayama Yuma. Hontou ni Arigatou" kata Yuri segera menarik Yuma kearah kelas.

***

Di pojok ruangan, F4 sedang berdiri menatap kepergian Yuma dan Yuri.
"Cihh..." kata Yuto sambil menatap mereka berdua.
Yuya dan Ryuu berdiri diantara sang ketua, memegang pundak Yuto.
"tenang saja, pasti kita atasi orang tidak berguna" kata Yuya.
Yuto tersenyum sinis. Amat sinis.


~BERSAMBUNG~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar